Hot Isu

Kabar Desa

Kabar Lainnya

TANDA CINTA PAK HARTO KEPADA WARGA TAJUM

 

Pak Harto tengah melakukan kunjungan ke lokasi proyek irigasi bendung Tajum, Banyumas(8/4/1970)
foto:ist/Museum Purna Bhakti Pertiwi



Pembaca yang budiman tentu mengetahui, pada awal pemerintahan kepemimpinan Pak Harto, kondisi sosial ekonomi masyarakat indonesia sangat memprihatinkan. Sepanjang perjalanan Incognito, Pak Harto menyaksikan sendiri bagaimana rakyat dikampung-kampung kesulitan bahan pangan. Padahal, rakyat yang kenyang merupakan tangungjawab pertama dan utama dari suatu pemerintahan. Itulah,yang dilakukan Pak Harto ketika memulai orde baru

Agar pangan rakyat tercukupi, pembangunan pertanian merupakan fokus utama kepemimpinan Pak Harto. Artinya, satu kunci penting keberhasilan pembangunan pertanian adalah sistem pengairan yang baik.

Seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya, Pak Harto, baik sendiri maupun mengutus para menterinya, telah meyakinkan sejumlah lembaga internasional untuk bersedia memberikan pinjaman bagi oembangunan sarana pertanian dan sistem pengairan.Satu lembaga yang berhasil diyakinkan adalah IBRD/IDA. Lembaga tersebut bersedia mendanai perbaikan irigasi yang sudah rusak parah di berbagai wilayah. Proyek berbantuan IBRD/IDA ini, kelak dikenal sebagai proyek irigasi berbantuan IDA (PROSIDA).

satu proyek perbaikan irigasi yang mendapat kesempatan pertama diperbaiki oleh pemerintah berada di Tajum,Banyumas,Jawa Tengah bagian selatan. itulah, jawaban kenapa setelah bermalam di desa Karang Lewas, Pak Harto melakukan peninjauan terhadap proyek irigasi tersebut pada 8 April 1970. Tentunya, dengan singgah di Tajum, Pak Harto ingin memastikan, proyek ini benar-benar dilaksanakan sesuai rencana serta mengalami kemajuan sebagaimana yang diinginkan pemerintah.

Tajum ternyata merupakan nama sungai yang mengalir membelah kawasan Gunung Putri, Jawa Tengah. Pada satu lokasi, tepatnya di Desa Tiparkidul,Ajibarang,Banyumas, dinagun proyek perbaikan irigasi berupa bendung, bangunan air,saluran induk,dan saluran sekunder. Laporan badan perncanaan pembangunan nasional(Bappenas) tahun 1973 mengungkapkan, proyek tajum termasuk dalam proyek perluasan irigasi yang sudah dirintis sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya sejak 1898.Pada 19 Desember 1963, proyek irigasi tajum dihidupkan kembali oleh pemerintah orde lama, namun tidak berhasil diselesaikan Proyek inikemudian dilanjutkan oleh pemerintah orde baru pada 1966.

Penyelesaina proyek irigasi tajum penting artinya, mengingat,kebrhasilan pembangunan irigasi tajum akan mampu mengairi lahan-lahan pertanian seluas 3200 hektare di 3 kecamatan yakni Wangin, Jatilawang, dan Rawalo. Dana yang digunakan untuk membiayai proyek tajum, berasal dari pinjaman senilai $990.000. Dana tersebut digunakan untuk biaya konsultan dan pembelian peralatan yang digunakan untuk meramoungkan proyek irigasi ini.

Ketika tim ekspidisi berkesempatan melihat dari dekat kondisi bendungan tajum, petugas kontrol Bendungan yang ditemui tim ekspidisi menuturkan, bahwa hingga saat ini, bendungan tersebut masih beroperasi dengan baik. Selain mampu ngengairi ribuan hektare sawah yang ada di wilayah Banyumas, bendungan ini juga dilengkapi dengan pintu otomatis yang mampu menyalurkan air melalui saluran yang ada. Manakala debit air yang masuk berlebih, pintu otomatis bisa mencegah terjadinya bencana banjir di daerah sekitar aliran sungai tajum.

 Prasasti peresmian diselesikannya pembanguan jaringan irigasi tajum oleh bapak presiden RI Jenderal TNI Soeharto pada februari 1973



Pada satu bagian dari saluran sekunder irigasi tajum, terdapat sebuah prasasti kecil, berangka tanggal 26 februari 1973 dan ditandatangani oleh bapak Soeharto. Sebuah prasasti yang menjadi penanda cinta seorang pemimpin yang tidak ingin rakyatnya menderita kelaparan dan tertimpa musibah banjir. penanda cinta yang masih akan terus tegak berdiri hingga kapan pun.

*dikutip dari cendana.news